Pages

28.10.15

Diculik Prabowo: Mengungkap Sisi Lain Sang Jenderal


Judul: Diculik Prabowo, Berdasarkan Kisah Nyata
Pengarang: Hazmi Fitriyasa
Penerbit: Limau Publisher
Terbit: 2014
Tebal: 194 halaman
ISBN: 978 602 17255 6 6

***

Membosankan. Jujur kesan itu yang Fenny tangkap saat menerima buku sebagai doorprize di acara Kampus Fiksi di Jogjakarta tahun 2014 lalu. Hadiah langsung dari penulisnya. Terbayangkan isi buku yang penuh dengan pembahasan serius dengan kalimat baku. Namun sinopsis di belakang buku mengubah pemikiran Fenny.


"Cara menulis sosok yang unik dan sudut pandang yang berbeda dari Hazmi Srondol. Sesuatu yang diketahui orang sebagai sesuatu yang berat, seakan bisa menjadi enteng, renyah dan bisa di kunyah. Perasaan yang muncul saat membacanya, bisa menerima sesuatu yang berat tersebut sebagai hal yang sangat manusiawi" Indar Atmanto, Teknokrat Telekomunikasi

Tuh, pak Indar yang duduk di birokrat salah satu perusahaan telekomunikasi besar di Indonesia saja awalnya juga memandang pembahasan buku akan "berat". Seberapa "enteng" seh penulis mampu menceritakan penculikan Prabowo?

Isu bahwa Mantan Komandan Jenderal Kopassus melakukan penculikan aktivitas tahun 1998 sudah menyebar dan menjadi rahasia umum. Isu yang semakin santer terdengar pasca informasi rencana pengajuan beliau menjadi Capres Indonesia tahun 2014. Fenny yang tidak tahu banyak tentang beliau sempat ikut menjadi korban isu. Terkait dengan isu tersebut, sosok Prabowo menjadi terlihat sadis dan kejam.

Pemikiran akan sosok Prabowo yang negatif menyebabkan kekhawatiran istri saat penulis diundang oleh Prabowo sebagaimana yang dituliskan di cerita pertama. Buku "Diculik Prabowo" ini memang terdiri dari cerita-cerita penulis berkaitan dengan Prabowo. Dialog dan bahasa yang kocak membuat Fenny tertawa. Sejak itulah Fenny jadi penasaran cerita-cerita selanjutnya.

Tiga puluh cerita mengisi buku ini. Awal-awal penulis membahas tentang isu yang lekat dengan jenderal yang sudah berkecimpung di dunia militer selama 28 tahun. Tidak ada pembahasan yang tersirat jelas tentang benar tidaknya isu tersebut. Namun penjelasan yang mengarah pada pembantahan dapat terbaca melalui dialog penulis dengan Prabowo serta fakta-fakta yang diungkap.

Sosok yang menyeramkan tergantikan dengan figur yang disebut pak Indar manusiawi. Penulis mampu mengungkapkan sisi lain Prabowo yang lembut, humoris bahkan puitis. Seperti halnya di cerita berjudul "Tiada Pesta di Hari Ultah Prabowo Subianto".

"Kalau sudah di usia saya, ya kita tidak mau diingatkan. Maunya, masih umur sekitar 32 - lah. Nanti di kasih kue ada 62 lilin. Capek itu (meniupnya)," katanya sambil terkekeh dan disambut gelak tawa para peserta diskusi. (hal. 95)

Akhir-akhir cerita penulis lebih banyak mengungkap hal-hal yang berkaitan dengan rencana majunya Prabowo menjadi Capres Indonesia 2014. Kampanye terselubung. Dari sini lah pembahasan penulis mulai agak membosankan. Pemaparan program yang tidak bisa lepas dari bahasa baku menjadi penyebabnya. Belum lagi penuturan yang panjang lebar. Fenny memilih melompatinya.

Dari sekian banyak cerita, ada satu cerita yang menurut Fenny out of topic. Judulnya "Mirip Budi Handuk", Kata Prabowo Subianto. Masa Sih? Disini seakan penulis ikut narsis tentang kemiripannya dengan salah satu artis. Mungkin penulis ingin menunjukkan sisi humoris Prabowo tapi sayang malah menjadi noda.

Membaca buku ini mau tidak mau Fenny jadi lebih terbuka dengan sosok Prabowo. Tidak lagi sepenuhnya negatif. Selain informasi mengenai Prabowo, banyak hal-hal menarik yang juga diungkapkan oleh penulis. Misalnya tentang Hikayat Bende Mataram dan Misteri Nyanyian Lagu "Indonesia Raya". Buku ini cocok untuk bacaan "enteng" di penghujung minggu.

Catatan : enteng (bahasa Jawa) = ringan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jejakmu sangat diharapkan. Sopan dan santun lebih diutamakan :)

Arsip Buku Sejenis ...

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...