Pages

10.4.13

Teaser Buku: Cenat-Cenut Reporter

Pinter ngomong, penampilan oke dan percaya diri. Tiga kriteria yang sepertinya jadi syarat mutlak sebagai reporter. Tapi ternyata ada syarat lain lhooo yang harus dimiliki seorang reporter. Entah apa perbedaaanya dengan wartawan, yang pasti di mata Fenny, seorang reporrter adalah profesi yang harus tahan banting dan tebel muka. Bahasa kerennya MUST HAVE ITEM :D

Sebenarnya ini berkaca pada pengalaman Fenny saat jadi wartawan dan ketua pembuatan majalah sekolah. Lingkup yang dijelajahi sangat kecil dan orang-orang yang diburu pun sebenarnya sudah biasa ditemui. Namun ternyata itu bukan jaminan semuanya mulus seperti jalan tol.

Sikap narsis bak artis itu ternyata hak semua orang :D Bagaimana jika tiba-tiba sosok yang begitu dikenal sehari-hari di sekolah tiba-tiba menjadi sibuk, jual mahal dan “centil” [red: biasanya kalau yang diwawancarai siswi atau guru perempuan]. Grrrrrr…rasanya gemes bukan kepalang.

Beda lagi jika orang yang diwawancara adalah guru yang berwibawa. Bisa-bisa harus bertapa semalaman untuk menyiapkan daftar pertanyaan lengkap dengan pilihan kata dan tanda titik koma yang tepat. Biasanya ritual yang paling sering Fenny lakukan saat mau wawancara dengan sosok seperti itu adalah komat kamit berdoa maju mundur sebelum mewawancarai :D

Tidak hanya sampai disitu, tidak jarang ternyata bahan dan hasil wawancara dinilai basi, tidak menjual dan dipandang sebelah mata oleh guru pembina selaku editor. Gleeeek…siap-siap menyiapkan bahan wawancara lagi, otomatis manjalani ritual diatas … LAGI. Parahnya jika ternyata itu “terpaksa” dimuat, siap-siap menanggung malu disindir saat pelajaran oleh guru karena nama reporter/wawancara terpampang nyata di khatulistiwa ..ups… di artikel maksudnya.

Dipikir-pikir sepertinya belum apa-apa dibanding dengan reporter yang sudah mempunyai jam terbang tinggi. Apalagi orang-orang yang ditemui pun lebih beragam. Tapi menurut Fenny, pengalaman Fenny setingkat lebih keren dibanding teman-teman yang sekedar baca majalah sekolah, *uhuuuk….

Meskipun harus memendam lara sedemikian rupa ketika menjadi wartawan tapi ketika melihat hasil karya yang sampai saat ini masih tersimpan rapi, terselip rasa bangga tiada terkira. Terlebih nantinya bisa menjadi kisah untuk anak cucu, apalagi jika nanti bisa mendapatkan buku “Cenat-Cenut Reporter” karya mbak Wuri Nugraeni GRATIS, yeaaay yeaaay :D

GO REPORTER GO !!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jejakmu sangat diharapkan. Sopan dan santun lebih diutamakan :)

Arsip Buku Sejenis ...

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...